Kasus
Enron
Enron
adalah perusahaan terbesar yang menduduki rangking ke-7 dari 500 perusahan
terkemuka di Amerika Serikat dan Perusahaan enegri terbesar di AS yang memproduksi di bidang industri energy,
lalu enron melakukan penganekaragaman usaha sangat luas bahkan sampai pada
bidang yang tak ada hubungannya dengan industri enegri, diantaranya : future
transaction, trading commodity non energy dan kegiatan usaha bisnis keuangan.
Kasus
Enron mulai terungkap pada bulan Desember tahun 2001 dan terus makin terungkap
sampai tahun 2002 keterlibatan sangat
luas terhadap pasar keuangan global yang di tandai dengan menurunnya harga
saham secara drastis berbagai bursa efek di belahan dunia, mulai dari Amerika,
Eropa, sampai ke Asia. Kasus Enron diketahui terjadi adanya moral hazard salah
satunya memanipulasi laporan keuangan dengan catatan keuntungan 600 juta Dollar
AS padahal perusahaan mengalami kerugian.
Kronologis,
fakta, data dan informasi dari berbagai sumber yang berkaitan dengan hancurnya
Enron kemukakan sebagai berikut:
1.
Board
of Director (dewan direktur, direktur eksekutif dan direktur non eksekutif)
membiarkan kegitan-kegitan bisnis tertentu mengandung unsur konflik kepentingan
dan mengijinkan terjadinya transaksi-transaksi berdasarkan informasi yang hanya
bisa di akses oleh insider trading,
termasuk praktek akuntansi dan bisnis tidak sehat sebelum hal tersebut
terungkap kepada publik.
2.
Enron
merupakan salah satu perusahaan besar pertama yang melakukan out sourcing
secara total atas fungsi internal audit perusahaan.
·
Mantan
Chief Audit Executif Enron (Kepala internal audit) semula adalah partner KAP
Andersen yang di tunjuk sebagai akuntan publik perusahaan.
·
Direktur
keuangan Enron berasal dari KAP Andersen.
·
Sebagian besar Staf akunting Enron berasal
dari KAP Andersen.
3.
Pada
awal tahun 2001 patner KAP Andersen melakukan penilaian kepada Enron baiknya
untuk di pertahankan atau dilepaskan dari klien perusahaan. Dan hasil evaluasi
dapat di putuskan Enron tetap
mempertahankan sebagai klien KAP
Andersen.
4.
Pada
tanggal 16 Oktober 2001, Dalam laporan keuangan Enron disebutkan bahwa laba
bersih Enron telah meningkat naik
menjadi $100 juta dibandingkan periode sebelumnya. CEO Enron, Kenneth
Lay, tidak menjelaskan secara detail tentang pembebanan biaya akuntansi khusus sebesar
$1 miliar yang ternyata dapat menyebabkan hasil aktual pada periode tersebut
menjadi rugi $644 juta.
5.
Pada
tanggal 2 Desember 2001 Enron mendaftarkan kebangkrutannya ke pengadilan dan memecat 5000 pegawai. Pada
saat itu juga terungkap bahwa terdapat hutang perusahaan yang tidak di laporkan
senilai lebih dari satu milyar dolar. Dengan memberitahukan nilai investasi dan
laba yang di tahan berkurang dalam jumlah yang sama.
6.
Enron
dan KAP Andersen dituduh telah melakukan kriminal dalam bentuk penghancuran
dokumen yang berkaitan dengan investigasi atas kebangkrutan Enron.
7.
Hingga
akhirnya Saham Enron hampir tidak ada nilainya.
8.
KAP
Andersen diberhentikan sebagai auditor enron pada pertengahan juni 2002 dan
pada saat itu juga Enron mengajukan proses kebangkrutan pada 2 Desember 2001.
9.
Pemerintahan
Amerika (The US General Services Administration) langsung melarang Enron dan
KAP Andersen untuk melakukan kerja sama dengan lembaga pemerintahan di Amerika.
Dalam
kasus Enron ini inti dari pelanggaran kode etik yang melakukan manipulasi
laporan keuangan, yaitu dengan melebih – lebihkan laba bersih perusahaan.
Manipulasi keuntungan tersebut dilakukan karena keinginan perusahaan agar saham
tetap diminati investor. Hal ini terjadi akibat keegoisan satu pihak terhadap
pihak lain, dalam hal ini pihak – pihak yang selama ini diuntungkan atas
penipuan laporan keuangan terhadap pihak yang telah tertipu. Hal ini dari
ketidakjujuran, kebohongan atau dari praktik bisnis yang tidak etis yang
berakibat hutang dan sebuah kehancuran yang menyisakan penderitaan bagi banyak
pihak.
KASUS WORLDCOM
Worldcom
pada awalnya merupakan perusahaan penyedia layanan telpon jarak jauh. Selama
tahun 90an perusahaan ini melakukan akuisisi terhadap perusahaan telekomunikasi
lain yang kemudian meningkatkan pendapatannya dari $152 juta pada tahun 1990
menjadi $392 milyar pada 2001, yang pada akhirnya worldcom menduduki posisi ke
42 dari 500 perusahan.
Pada tahun 1990 terjadi masalah fundamental ekonomi
pada Worldcom yaitu terlalu besarnya kapasitas telekomunikasi. Masalah ini
terjadi karena pada tahun 1998 Amerika mengalami resesi ekonomi sehingga
permintaan terhadap infrastruktur internet berkurang drastis. Pendapatan Worldcom pun menurun
drastis sehingga pendapatan ini jauh dari yang diharapkan. Padahal untuk biaya
akuisisi dan untuk membiayai investasi infrastruktur Worldcom menggunakan
sumber pendanaan dari luar atau utang. Nilai pasar saham perusahaan Worldcom
turun dari sekitar 150 milyar dollar (januari 2000) menjadi hanya sekitar $150
juta (1 juli 2002). Situasi ini membuat pihak manajemen berusaha melakukan
praktek-praktek akuntansi untuk menghindari berita buruk tersebut.
Staf akuntan Worldcom telah diwawancara sebelum tanggal 25 Juni. Pada Maret
2002 SEC meminta data dari perusahaan berupa item-item yang berhubungan dengan
Laporan Keuangan. Termasuk didalamnya :
·
komisi penjualan dan tagihan-tagihan yang
bermasalah.
·
sanksi administrsi terhadap pendapatan yang
berhubungn dengan pelanggan dalam sekala besar.
·
kebijakan akuntansi untuk merger.
·
pinjaman kepada CEO.
·
integrasi sistem komputer Worldcom dengan MCI.
·
analisis ekspektasi pendapatan saham WC.
Adanya memapulasi untuk memperoleh pendapatan. Pertanyaan yang lebih berat
dilanturkan ke KAP Arthue Anderson, dari beberapa pengamat mengatakan bahwa
Arthur Anderson mengetahui tentang hal salah saji yang dilakukan oleh pihak
Worldcom, karena harusnya Arthur Anderson bertugas melakukan audit kesalahan
semacam itu, apalagi kesalahan ini sangat material, beberapa pengamat juga
mengatakan bahwa Arthur Anderson harusnya lebih peka kepada kondisi keuangan
Worldcom yang mengakibatkan manajemen perusahaan melakukan hal yang diluar
kewajaran praktek akuntansi.Dampak nya pada 25 Juni 2002, saham Worldcom adalah $64,5 pada pertengahan tahun 1999 menjadi $2 persaham, menurun lagi hingga kurang dari $1 yang akhirnya nilai sahamnya kurang dari 1 sen. Para pegawai Worldcom juga mengalami kerugian dana pension. Pada akhir tahun 2000 sekitar 32% atau $642,3 juta dana pension mereka berupa saham. Dan memecat 17.000 karyawan dari 85.000 karyawan.
Pada tanggal 21 Juli 2002, Worldcom mengikuti program proteksi kebangkrutan sementara dari departemen kehakiman Amerika serikat. Worldcom melaporkan aset sebesar $103 milyar dengan total utang $41 milyar. Kebangkrutan Worldcom merupakan kebangkrutan yang paling besar di Amerika Serikat
Pada tahun 2004 Worldcom berubah nama menjadi MCI, dan CEO Worldcom diganti dari Ebbers menjadi john Sidgemore.
Ø Perkembangan Franchise di Indonesia
Franchise hak-hak untuk menjual
suatu produk barang atau jasa maupun layanan. Format bisnis Franchise tidak
dapat dipungkiri eksistensinya dan disukai banyak para pengusaha-pengusaha mengingatkan
kecilnya resiko kegagalan yang akan timbul saat menjalankan usaha khususnya
bagi pengusaha-pengusaha pemula. Dibanyak negara , kegagalan yang menggunakan
format bisnis franchise protentasenya tidak lebih dari satu digit.
Di Indonesia,
format bisnis franchise dikenal mulai awal dekade 80-an, dengan seiring
masuknya franchise asing dibidang usaha rumah makan siap saji seperti
KFC,Piooner Take Out, Texas Church dan lain lain. Perkembangan bisnis ini
sangat pesat dalam waktu yang singkat karena didukungnya oleh jumlah populasi
masyarakat yang cenderung makan diluar rumah. Adapun menurut data di Deperindag
RI hingga tahun 1997 ( sebelum terjadinya Krisis Moneter) sudah terdaftar lebih
dari 250 perusahaan sebagai penerima franchise dari franchise asing dan diwajibkan untuk
mengembangkan bisnisnya menggunakan master franchise yang diterimanya dengan cara
mencari atau menunjuk penerima franchise lanjutan. Dengan mempergunakan sistem
piramid atau sistem sel suatu jaringan format bisnis franchise berekspansi. Dan
tersebar di bidang bidang antara lain;
·
rumah
makan/restoran
·
jasa
pemasaran
·
hotel
·
toko buku
dan toko cindera mata
·
minimarket
·
persewaan
kendaraan
·
pusat
kebugaran dan perawatan tubuh
·
penata
rambut, salon kecantikan, dll.
Disamping itu,
Perusahaan lokal mengembangkan
usahanya menggunakan format bisnis franchise jumlahnya tidak sebanyak franchise
asing paling tidak ada 10 % yang ada di Indonesia. Perusahaan lokal tersebut
antara lain; Es Teller 77, CFC, ILP, LIA, dan Indomart dan lain-lainnya.
Ø Franchise yang masih terkenal
Tahun 1991, JNE
memperluas jaringan internasional dengan bergabung sebagai anggota asosiasi
perusahaan-perusahaan kurir beberapa negara asia (ACCA) yang bermarkas di
Hongkong, lalu memberi kesempatan kepada JNE untuk mengembangkan wilayah antara
samapai ke seluruh dunia.
Karena persaingannya di
pasar domestik, JNE juga memperluas jaringan domestik. Dengan jaringan
domestiknya TIKI dan namanya, JNE mendapat laba persaingan dalam pasar
domestik. JNE juga memperluas pelayanannya dengan logistik dan distribusi
Bertahun-tahun TIKI dan
JNE berkembang menjadi dua perusahaan yang punya arah sendiri. Keduanya menjadi
bersaing dan akhirnya JNE menjadi perusahaan sendiri dengan manajemen sendiri. Setelah berpisah dari TIKI, JNE memunculkan logo nya
sendiri tahun 2000. Kesan awal, masyarakat beranggapan layanan JNE lebih mahal
dari yang lainnya. Ini karena segemen yang dibidik memang segmen premium.
Dengan berkembangnya
produk dan layanan yang berbeda di JNE antara lain menyediakan jasa kurir,
logistic, money remittance hingga jasa kargo. Industri pengiriman berkembang
dan pasarnya ikut membesar sehingga JNE tidak perlu berebut pasar. Dengan bertahap
JNE menemukan banyak layanan baru yang sebelumnya tidak ada. Pada tahun 2002
JNE membeli gedung dan mendirikan JNE Operations Sorting Centers dan tahun 2004
JNE membuka kantor pusat yang berada di Jakarta.
Dari tahun ke tahun,
perkembangan bisnis JNE semakin baik bahkan di atas rata rata perkembangan
industri. Industri biasanya berkembang hanya 10%-15% tetapi JNE melebihinya
hingga berkembang 20% tiap tahunnya. Tips keberhasilan JNE adalah tidak mau
menunggu konsumen yang ingin mengirimkan barang. Dengan menelpon saja kurir
pasti datang ke rumah.
Jika khawatir dengan
nilai barang tidak sesuai dengan nilai 10x pengiriman, JNE menganjurkan
konsumen agar mengasuransikan barangnya. JNE berkomitmen memberikan layanan
yang terbaik. Standar JNE, jika sudah sampai perusahaan asuransi tidak membayar
kalim sesuai hari yang ditentukan, JNE bersedia mengganti dengan membayar klaim
konsumen. Untuk JNE, barang sampai tujuan adalah harga mati. Selain itu, sudah
ada 170 titik jaringan yang sudah online, ini memudahkan JNE dan konsumen untuk
mengawasi pengiriman barang.
Pesona layanan inovatif
dari JNE. Setiap orang bisa mengirimkan makanan khas daerah tertentu ke sanak
keluarga di daerah lain. Contoh, mau memberi oleh oleh krupuk belitung ke
keluarga di Jakarta, konsumen cukup menelpon JNE dan JNE akan mebelikan krupuk
nya lalu dikirimkan. JNE sekarang juga membuka bisnis baru yaitu trucking untuk
pengiriman barang-barang kebutuhan pokok. Layanan trucking ini dilengkapi
dengan GPS agar terpantau. Dan JNE pun bekerjasama dengan perusahaan pemiriman
barang, UPS. Konsumen bisa mengirim barang ke luar negeri melalui UPS. Bahkan
rencana selanjutnya, JNE akan terjun ke bisnis surat menyurat di bawah 500
gram. Awalnya bisnis ini di monopolikan PT. Pos Indonesia dengan pencabutan
aturan ini maka membuka peluang untuk JNE.
Sekarang didukung lebih
dari 1000 karyawan dan tidak kurang dari 1500 gerai yang tersebar luas di
Indonesia. Kehebatan JNE sudah dibuktikan dengan meraih berbagai bentuk
penghargaan serta sertifikat ISO 9001:2000 atas jasa yang sudah diberikan. Untuk
JNE layanan terbaik adalah harga mati. Sangat wajar apabila JNE mempunyai SDM
yang sangat handal. Bahkan departemen HRD mempunyai empat divisi yaitu
intelektual (berhubungan dengan pekerjaan), training (bertugas untuk kegiatan
outbound dan memberikan training), spiritual (mengatur kegiatan keagamaan), dan
fisikal (berhubungan dengan aktivitas kebugaran badan karyawan).
Branch Manager JNE
Solo, Bambang Widiatmoko, mengatakan persaingan bebas industri jasa logistik
akan dimulai lebih awal pada 2013. Perusahaan jasa logistik dari negara ASEAN
akan bebas memasuki Indonesia. Mau tak mau, perusahaan jasa pengiriman dalam
negeri juga harus berbenah. “Saat masuk ke Indonesia investor pasti akan
melihat perusahaan jasa pengiriman yang memimpin, sebagai kompetitor kami harus
mampu bersaing. Konsumen selalu ingin tahu posisi barang yang dikirim berada di
mana, dulu memang tidak bisa dilihat, namun sekarang sudah memaksimalkan
customer service, website dan telepon masalah itu dapat diatasi,” kata dia.
Menurut Bambang, saat ini perusahaan jasa pengiriman berlomba perang tarif agar mendapatkan konsumen sebanyak-banyaknya.
Namun, pelayanan terhadap konsumen secara excellent service.
Peluang usaha jasa
pengiriman barang masih cukup menjanjikan. Jika digarap serius usaha bidang
logistic itu akan berkembang 15%-20% pertahun.
JNE menawarkan paket
kemitraan sebesar Rp. 3,5 juta yang akan dikembalikan kepada mitra berupa
perlengkapan usaha, promosi dan perizinan. Selain itu, mitra juga di kenakan
uang jaminan ke agen sebesar Rp. 5 juta, uang ini akan dikembalikan ke mitra
apabila masa kontral kerjasama berakhhir atau diakhiri oleh salah satu pihak.
Untuk omzet kemitraan,
JNE mematok berdasarkan target penjualan mitra. Untuk target penjualan Rp 5
juta perbulan, mitra akan mendapatkan komisi sebesar 22%. Sedangkan untuk
penjualan di atas Rp 5 juta sampai dengan Rp 10 juta, mitra akan mendapatka
komisi 25% dan bagi mitra yang dapat mencapai target penjualan sebesar Rp 10
juta lebih, maka akan mendapatkan komisi 27%.
http://uwiiii.wordpress.com/2009/11/14/kasus-enron-dan-kap-arthur-andersen/